Penelitian
Gondorukem Sebagai Bahan Baku Bio Aspal
Aspal sintetik dapat dibuat berbahankan minyak bekas, plastik, tumbuhan (bio-oil),
ataupun kombinasi dengan bahan lainnya. Bio-aspal adalah aspal sintetik yang bahan dasar
utamanya adalah bio-oil dari tumbuhan atau limbah pertanian ataupun perkebunan. Bio-aspal
dapat digunakan sebagai bahan pengikat (binder). Telah banyak studi untuk mengembangkan bio
aspal yang telah dilakukan. Di luar negeri, bahan baku yang digunakan untuk pembuatan bio-aspal
antara lain jerami gandum, kayu oak, rumput dan lain sebagainya serta dari limbah industri hasil
pertanian seperti limbah minyak wijen, limbah minyak bunga matahari, limbah minyak kedelai,
limbah minyak jagung, limbah minyak sawit, limbah minyak kacang tanah dan lain sebagainya.
Sedangkan di Indonesia, studi mengenai bio aspal dilakukan dengan menggunakan bahan baku
antara lain adalah batok tempurung kelapa, serbuk gergaji kayu albasia, buah jarak biji nyamplung
getah pinus, jerami padi, ampas tebu dan tandan kosong kelapa sawit. Walaupun studi tentang bioaspal di Indonesia sudah banyak dilakukan, tetapi belum ada yang menggunakan gondorukem
sebagai bahan bakunya. Studi ini bertujuan untuk memanfaatkan gondorukem dari getah pohon
pinus merkusii untuk pembuatan bio-aspal berbahan dasar gondorukem (gopal) yang dapat
digunakan untuk menggantikan aspal minyak sebagai bahan pengikat (binder) untuk campuran
beraspal. Dari dapat disimpulkan bahwa tidak semua type rosin ester dan modifier dapat digunakan
untuk pembuatan gopal. Rosin ester type IMR 130 dan CPO dengan rasio 72,5% : 27,5% dapat
menghasilkan gopal yang memenuhi spesifikasi aspal minyak Pen 60. Dari suty ini dihasilkan
gopal yang dihasilkan memiliki aging dan stripping resistance yang lebih baik aspal minyak Pen
60. Walaupun gopal dan aspal minyak yang digunakan sebagai kontrol masuk dalam klas penetrasi
yang sama (Pen 60), namun berdasarkan klas kinerjanya gopal memiliki kinerja (PG 64S) yang
lebih tinggi dibandingan dengan aspal minyak Pen 60.